SLIDER

Ketika hanya Dia yang tahu apa yang terbaik untukmu

Tulisan kali ini terinspirasi Tuesday Love Letter edisi Rabu, 8 Mei 2024.

Lebaran ini adalah kedua kalinya saya ke Padang, dan sebagai orang goa saya paling nggak bisa menceritakan pengalaman perjalanan dengan baik karena saya belum pernah menikmati perjalanan. Bagi saya travelling itu susah banget. Susah karena sholatnya repot, susah karena makan jadi nggak enak, dan banyak alasan-alasan lain yang bikin saya selalu berusaha menghindari ajakan jalan ke luar.

Lalu hari ini ketika membuka email, Love Letter dari Aida menceritakan tentang pelajaran yang dia dapat ketika travelling selama Ramadan dan Idul Fitri yang lalu. Setelah membaca email itu, saya merasa perlu untuk menuliskannya kembali untuk jadi pengingat diri dan refleksi.

1. Jalan yang dipilihkan Allah selalu terbaik

Photo by Tamas Tuzes-Katai on Unsplash

Dua kali ke Padang, dua kali juga kami berbekal Google Maps sebagai penunjuk jalan. Lebaran tahun lalu, kami lewat jalan yang menyeramkan di Sumatera Selatan yang bikin kami deg-degan karena sepanjang jalan hanya ada kebun sawit dan hutan. Beberapa kali melewati jembatan yang kondisinya kurang baik, dan sempat nyasar ketika sudah sampai di Padang. Sementara lebaran tahun ini, kami mencoba memilih jalan yang agak berbeda, karena pada dasarnya memang banyak pilihan jalan menuju ke Padang. Kali ini tidak ada hutan dan dan kebun sawit, tapi justru kami harus istirahat lebih awal di Sumatera Selatan karena hujan yang mengguyur sangat deras dan anginnya sangat kuat. Dua kali kami melewati mobil kecelakaan sehingga kami memutuskan untuk istirahat di masjid saat tengah malam dan baru melanjutkan perjalanan setelah subuh.

Saya ke Padang numpang mobil kakak ipar. Buat mereka, ini adalah ketiga kalinya ke Padang dan memang selalu berbekal Google Maps. Dan katanya, selama tiga kali ke Padang jalan yang dilalui selalu berbeda walaupun semuanya adalah pilihan Google Maps. Dan masing-masing jalan mempunyai scenery masing-masing. Kami yakin kalau masih ada jalan lain lagi yang bisa dilalui untuk menuju arah yang sama, tapi pilihan-pilihan yang dibuat Google Maps selama ini tidak pernah salah. Kami jadi rombongan yang paling awal sampai dibanding mobil lainnya karena mereka nggak mau pakai Google Maps dan memilih untuk bertanya sepanjang jalan kalau kesulitan dan akhirnya terjebak macet.

Jika dianalogikan dengan perjalanan hidup kita, bukankah Allah sudah menyiapkan Maps dengan pilihan-pilihan jalannya untuk kita?! Sebenarnya kita tinggal mengikutinya dan memilih jalan mana yang ingin kita tempuh, toh semuanya mengarah pada surga yang sama. Tapi masih ada saja orang-orang yang tidak percaya pada panduan itu, dan memilih untuk memikirkannya sendiri dengan akalnya yang terbatas dan akhirnya kebingungan dan mencari jawaban lewat orang lain yang sama bingungnya. Coba bayangkan, kita bertanya ke mana arah jalan ke Padang kepada orang random yang kita temui di pinggir jalan sementara orang itu sendiri belum pernah ke Padang atau mungkin lebih parah --nggak tahu mana timur dan barat--? Hal itu benar-benar kejadian ketika sedang jalan-jalan sore di dekat rumah saudara kami, dan karena saya bukan orang sana maka saya nggak bisa memberi jawaban. Bayangkan kalau waktu itu saya iseng dan memberikan jawaban ngawur? Bisa saja orang yang bertanya itu akan tersesat.

2. Apakah kita terlalu cepat atau terlalu lambat?

Waktu tempuh kami kali ini sekitar 30 jam, lebih lama 4 jam dibanding tahun lalu. Jika sesuai petunjuk Google Maps, waktu tempuh normal dari Lampung ke Bukittinggi mestinya sekitar 24 jam. Namun karena memang arus mudik-balik lebaran kali ini cukup ramai dan kondisi cuaca yang seperti itu, wajar saja waktu tempuh jadi melambat. Tapi apalah artinya berjalan cepat jika mempertaruhkan keselamatan diri? Dalam pepatah kita tentu sering mendengar, 'alon-alon asal kelakon' atau 'biar lambat asal selamat, tak kan lari gunung dikejar'. Dan yang penting, memang seperti itulah rencana Allah untuk kami.

Dalam hidup kita tidak berhak sama sekali untuk menentukan waktu tempuh seseorang dalam mencapai sebuah tujuan. Karena sejatinya waktu adalah milik Allah. Kita semua hidup dan berjalan dalam waktuNya. Bahkan ketika berangkat bersama beriringan sekalipun, 2 kendaraan tidak akan sampai tujuan pada waktu yang sama. Salah satu harus mengalah agar bisa melalui jalan yang tersedia. Pada akhirnya tujuan utama manusia adalah mencapai tujuan yang sudah Allah tetapkan untuk dirinya. Dan Ia tidak pernah terlambat, pun terlalu cepat dalam menetapkan takdir hambaNya.

3. Siapa teman dalam perjalananmu?

Seringkali perjalanan menjadi menyenangkan bukan karena tujuannya, tapi dengan siapa kita melakukannya. Pergi dengan orang yang sudah berpengalaman tentu akan lebih menenangkan dibanding sendirian. Atau dalam pengalaman saya, pergi dengan orang yang lebih open-mind dan sevisi membuat perjalanan menjadi lebih nyaman. Salah satu hal yang membuat saya malah bepergian adalah susahnya shalat di jalan. Apalagi kalau menyewa mobil/sopir, biasanya susah untuk bernegosiasi soal waktu istirahat. Itu yang terjadi dengan mobil rombongan lain, mereka terlambat bukan hanya terjebak macet tapi juga karena sopirnya terlalu lama beristirahat ketika tidur. Sementara kami memilih untuk memaksimalkan waktu pada jam-jam makan dan shalat. Istirahat siang pada waktu shalat Dzuhur sekalian makan siang, istirahat malam menyesuaikan kapan waktu kami lapar sekaligus shalat jama'. Dan yang paling penting, kami harus dalam kondisi santai ketika shalat subuh, sehingga kami memilih untuk tidak melakukan perjalanan malam terlalu lama. Jam 3 pagi maksimal, kami harus sudah menepi di masjid untuk tidur sampai subuh, dan jam 6 pagi baru melanjutkan perjalanan.

Demikian juga, perjalanan kita dalam hidup mestinya ditemani dengan orang-orang yang satu visi. Teman yang akan selalu mengingatkan ketika kita salah jalan, memberi masukan, mendukung pilihan-pilihan atau bahkan memahami candaan dan selorohan recehan kita.

Semoga kita berhasil menemukan teman-teman itu, dan tidak melepaskannya ketika telah bersama dengan mereka. Semoga Allah mengaruniakan kesabaran seluas samudra bagi orang-orang yang memilih bersama orang-orang shalih dalam perjalanan hidupnya.

--


Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Zuzu Syuhada • Theme by Maira G.