• Home
  • About
  • Contact
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram pinterest Email

zuzu syuhada

Tadi malam ketika membuat planner untuk Februari, saya sempat sedikit shock ketika melihat betapa waktu begitu cepat berlalu. Ujug-ujug sudah pekan kedua saja, dan saya melewatkan pekan pertama bulan ini tanpa bujoing. I'm so overwhelmed in the first of this month karena banyak tugas dan kegiatan di luar rumah.

Aktifitas bullet journaling memang butuh konsistensi yang ekstra. Saya sudah tahu itu sejak pertama kali mencoba searching di blog maupun YouTube tentang ini. Makanya ketika Desember kemarin gagal mencoba, saya ulang lagi di Januari yang ternyata gagal lagi. Padahal saya sudah sampai tahap yang lumayan jauh.

Bulan Januari kemarin saya pikir akan jadi bulan produktif, tapi rupanya saya belum beruntung. Target menulis setiap hari belum berhasil karena Alhamdulillah saya mulai punya banyak kegiatan. Keinginan untuk menjadi bullet journalist juga sempat saya review ulang karena nyatanya saya kesulitan membuat jadwal untuk mengisi bullet journal.

Tapi sebenarnya saya nggak sepenuhnya gagal sih. Paling tidak monthly log sangat membantu saya dalam beraktifitas sehingga semua kegiatan jadi lebih terorganisir. Saya sempat membuat daily log yang hanya bertahan dua hari.  Begitu juga dengan weekly spread yang tidak sempat terisi penuh. Akhirnya saya memutuskan membuat panduan daily routine dan perfectly worked untuk mengatur jadwal ketika saya stay di rumah.

Saking riweuhnya jadwal bulan lalu, saya sampai lalai membuat bullet journal. Dan setelah beberapa saat berlalu saya mulai sadar bahwa sebenarnya yang membuat riweuh itu bukan kegiatan yang banyak. Tapi justru karena saya yang tidak merencanakan semua kegiatan itu dengan baik. Makanya walaupun sudah telat lebih dari satu pekan, saya tetap membuat bujo untuk bulan ini.

Bisa dibilang, menjalani aktifitas di awal tahun ini dengan bantuan bujo benar-benar membuat saya lebih produktif dibanding tahun lalu. Apalagi karena sekarang saya sudah tidak jadi guru sekolah jadi jadwal bisa gonta-ganti sewaktu-waktu. Kebutuhan akan planner jadi sangat mendesak buat saya. Lihat saja hari ini saya langsung semangat nulis setelah tadi malam nge-bujo. 😅


Pagi ini saya coba blogwalking lagi untuk mencari inspirasi. Dan kebetulan belum lama ini master journalist Indonesia ewafebri.com memosting artikel tentang tips supaya konsisten mengisi bullet journal. Setelah membacanya saya akhirnya sadar bahwa selama ini memang saya terlalu berlebihan. Saya memang ingin bujo yang fungsional. Tapi saya lupa bahwa sebaiknya memulai bujo atau apapun itu sebaiknya dari yang paling simpel dulu. Karena ingin mengorganisir semua hal, saya membuat terlalu banyak collection yang tidak perlu. Maka bulan ini saya memutuskan untuk melupakan segala macam pernak-pernik collection dan fokus pada planner pekanan saja terlebih dahulu. Alih-alih membuat spread yang warna-warni dengan lettering ala-ala, saya hanya membuat monthly log dan weekly spread. Tadinya mau membuat habit tracker, tapi saya urungkan. Khawatir gagal lagi. Saya ingin konsisten dengan yang sederhana ini saja dulu sampai beberapa bulan kedepan sebelum bereksplorasi dengan macam-macam collection dan dekorasi.



Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Tulisan ini adalah notulen pribadi dari materi kulwap tentang Zero Waste yang saya ikuti. Kemungkinan akan ada beberapa post beberapa hari ke depan. Semoga bermanfaat.


Mungkin kita masih ingat beberapa waktu lalu cukup ramai berita tentang ikan Paus yang mati karena menelan 5,9 kg sampah di pantai Wakatobi. Sangat disayangkan karena salah satu hewan langka yang kita miliki mati disebabkan hal yang sungguh tidak perlu seperti itu.

Di banyak tempat sering sekali kan kita temui sampah di mana-mana?! Sepertinya memang masyarakat kita masih belum budaya menjaga kebersihan yang sebenarnya sangat dekat dengan keimanan terhadap agama. Padahal katanya negara kita masyarakatnya religius. Ternyata kenyataannya masih jauh panggang dari api, terutama untuk hal menjaga kebersihan. Dan herannya lagi, kalau misal ditanya perihal risih tidaknya dengan pemandangan kotor di sekitar ya mereka akan jawab risih. Tapi rasa risihnya itu belum sampai bisa menggerakkan dirinya untuk berbuat sesuatu agar sampahnya hilang atau minimal berkurang.

Berangkat dari kenyataan itulah kemudian muncul banyak komunitas-komunitas yang memfokuskan kegiatan mereka pada gerakan peduli lingkungan, lebih khusus lagi pada pengelolaan sampah plastik yang menurut banyak sumber sudah darurat di Indonesia. Coba saja googling, laut Indonesia sudah demikian tercemar hingga banyak biota laut yang mati akibat terlalu banyak sampah. Komunitas-komunitas itu banyak tersebar di Indonesia. Walaupun belum memberi dampak besar, tapi sedikit demi sedikit sekarang orang-orang yang tergerak untuk lebih aware tentang isu sampah plastik ini sudah semakin bertambah.

Saya sendiri sebenarnya dulu pernah aktif di Walhi, tapi saya lebih fokus pada advokasi dan dulu cukup banyak kasus sengketa tanah yang diurus sehingga jarang sekali ikut agenda-agenda campaign. Qadarullah beberapa waktu lalu ketemu salah satu ibu rumah tangga yang concern sekali dengan gaya hidup zero waste dan beliau orang Bandarlampung juga. Makanya pas beliau buat kelas kulwap tentang zero waste life saya langsung daftar saja.

Materi sudah dimulai sejak 22 Januari kemarin. Supaya nggak kehilangan pelajaran, saya memutuskan untuk menulis ulang materinya di sini. Jadi disclaimer sekalian ya, saya nulis ini bukan karena saya sudah praktik. Ini cuma catatan materi. 😃

Upaya paling kecil yang bisa kita lakukan sebagai individu untuk mengendalikan penumpukan sampah adalah bijak mengelola sampah. Dalam keseharian, sering sekali kita memproduksi sampah yang sebenarnya nggak perlu. Memakai tisu, plastik kresek alfamart, kemasan jajan, gelas air mineral dan sebagainya. Supaya mudah mengelolanya, kita harus pisahkan dulu sampah berdasarkan kategorinya, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sudah tahu perbedaannya kan?! Sampah organik adalah sampah yang bisa didaur ulang, sampah anorganik adalah sampah yang sulit/tidak bisa didaur ulang.

Untuk saat ini yang akan kita pelajari adalah sampah anorganik terlebih dahulu. Ada 9 jenis sampah anorganik yaitu;
1. Kertas
2. Kardus/karton
3. Botol/gelas air mineral
4. Besi dan sejenisnya
5. Kaca
6. Plastik
7. Tetrapack (kotak bekas susu UHT dan sejenisnya)
8. Alat elektronik
9. Pakaian

Untuk sampah poin 1-5 bisa kita jual atau berikan ke tukang rongsokan yang biasa lewat depan rumah. Beneran deh, bagi yang suka campur-campur sampah coba mulai sekarang dipilah dan kasih sampah-sampah itu ke tukang rongsok. Selain bisa didaur ulang, itu akan bernilai ekonomis bagi mereka. Artinya kita ikut berperan menggerakkan roda ekonomi bagi sekitar.

Sampah plastik sebenarnya juga bisa dijual ke tukang rongsok. Tapi kita juga bisa kok membuat sesuatu yang bernilai dari sampah plastik. Caranya dengan membuat ecobrick dari sampah plastik. Caranya;
1. Bersihkan sampah plastik supaya tidak tumbuh mikroba
2. Gunting kecil-kecil
3. Masukkan dalam botol air mineral, tekan-tekan sampai padat
4. Done
Satu botol ukuran 600ml biasanya bisa memuat 200gram plastik.

ecobricks.org
Kayaknya ribet ya?! Kalau nggak mau ribet ya jangan buat sampah. Caranya dengan diet plastik. Kurangi penggunaan plastik dalam aktifitas kita sehari-hari, dan segera lakukan. Jangan ditunda.


Untuk langkah awal, coba pisahkan sampah di rumah dalam beberapa kategori. Jadi siapkan beberapa tempat sampah dan tandai. Bisa pakai free printable template ini untuk mempermudah, buatan salah satu aktivis zero waste juga.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar

Saya adalah penggemar berat Donnie Yen. Mungkin gak berat-berat amat sih, pokoknya kalo ditanya tentang aktor favorit ya jawabannya Donnie Yen karena saya memang sesuka itu sama film-film mandarin. Dan ketika menemukan Donnie Yen di film 14 Blades saya langsung naksir sama dia. Padahal dulu nonton itu karena aktornya Zhao Wei, si Putri Huan Zhu 😁.

Belakangan setelah saya mulai nggak terlalu mengikuti hawa nafsu untuk nonton, tiba-tiba suami ngasih tahu kalau Donnie Yen punya film baru. Literally dia yang ikut nge-direct filmnya, kayak Ip Man yang legendaris itu. Bukan sekadar ikut jadi aktor seperti di film Star Wars. Ngasih tahunya itu sambil ngajak nonton di laptop, seperti biasa. ✌

From here
Saya tertarik untuk membuat tulisan tentang film ini karena di sini Donnie Yen berperan menjadi guru SMA. Penasaran aja karakter seperti apa yang akan dia perankan, karena saya nonton tanpa melihat trailer sebelumnya. Ternyata jalan ceritanya mirip sekali seperti drama serial Jepang yang juga saya sukai, Gokusen. Bedanya di sini Donnie Yen bukanlah mafia atau penjahat serupa. Dia berperan sebagai mantan tentara yang memutuskan untuk menjadi guru di almamaternya.

Persis seperti cerita Gokusen, Henry Chen yang diperankan oleh Donnie Yen kebagian jadi wali kelas untuk anak-anak yang bermasalah dengan highlights 5 murid yang punya latar belakang keluarga yang buruk. Selain itu, keberlangsungan sekolah tersebut ternyata juga sedang terancam dengan adanya rencana pembangunan sebuah real-estate atau pusat perbelanjaan(?!) --saya lupa-- tepat di lokasi sekolah itu, dan pemerintah yang sedang meninjau ulang bantuan untuk sekolah karena tidak satupun alumninya lulus tes perguruan tinggi tahun sebelumnya.

Baca juga : Spotlight [2015] Cerita tentang Tanggungjawab Jurnalisme

Henry Chen yang tidak punya latar belakang pendidikan ataupun pengalaman menjadi guru, memiliki gaya tersendiri dalam mengajar murid-muridnya. Salah satu yang menarik bagi saya adalah ketika dia berusaha menjelaskan bahaya merokok kepada murid-muridnya. Instead jelasin ini-itu yang pasti muridnya sudah tahu, dia mencoba menggali lebih jauh tentang bagaimana industri rokok memiskinkan masyarakat. Critical thinking, salah satu kompetensi inti bagi murid SMA yang selama ini saya pertanyakan penerapannya. Karena bahkan saya kesulitan menemukan kompetensi tersebut pada banyak mahasiswa.

Bukan Donnie Yen kalau tidak bersilat kungfu. Di film ini juga menyajikan adegan-adegan laga tingkat tinggi ala Donnie Yen. Walaupun nggak mendominasi, cukup lah untuk jadi penghias supaya filmnya lebih seru dan menarik.

Belongs to Yahoo
Sebuah kritik untuk dunia pendidikan (lagi)

Saya pikir ada banyak film-film dengan tema seperti ini. Penggambaran tentang buruknya kwalitas pendidikan dan segala hal yang berkaitan dengannya digambarkan dengan cukup gamblang di sini. Jelas sekali film ini ingin mengangkat profil ideal seorang guru, hubungan orang tua - anak - sekolah hingga sistem pendidikan itu sendiri. Secara sinematografi mungkin film ini biasa saja. Bahkan menurut saya alur dan ceritanya agak cepat dan berlebihan. Tapi mengingat nilai dan moral yang diangkat, saya nggak terlalu peduli dengan kekurangan itu.

Saya sendiri sebenarnya nggak terlalu setuju dengan tagline filmnya. Bagi saya, tetap harus ada rules dalam dunia pendidikan. Tapi pakem yang diterapkan itu tentulah harus sesuai dengan kebutuhan. Masalahnya, kebutuhan siapa yang harus diikuti? Kebutuhan orang tua, dunia kerja, atau si murid itu sendiri yang akan diikuti?! Atau bagaimana kalau ternyata ada aspek lain yang butuh untuk dipakai juga dalam pendidikan?!

Yang jelas, film ini telah ikut berperan untuk ikut membuka mata banyak orang tentang buruknya dunia pendidikan kita. Jika selama ini kita merasa sistem pendidikan Indonesia adalah yang terburuk, ternyata di Hong Kong juga seperti itu. India pun sama. Jepang tak jauh beda. Lalu muncul pertanyaan baru di kepala saya, jadi yang bagus seperti apa?! Apakah memang seperti Finlandia?! Tapi sekarang mereka sudah bukan yang terbaik, kalah dengan Korea Selatan yang ternyata juga banyak menuai kritik. 😐

However, film ini cocok untuk para guru dan orang tua atau siapapun yang ingin tontonan ringan tapi bermakna. Alur ceritanya ringan, mudah diikuti dan beberapa scene yang cukup menyentuh sukses membuat saya berkaca-kaca demi teringat orang tua. Adegan laganya juga nggak terlalu berlebihan jika dibandingkan dengan film-film Donnie Yen yang lain. Jadi meskipun cuma mendapat rating 6,4/10 di IMDB, saya tetap memasukkannya dalam daftar film rekomendasi untuk nobar guru 😁.


Share
Tweet
Pin
Share
9 komentar

Punya dua anak balita yang sedang aktif-aktifnya, sudah pasti saya concern sekali dengan kesehatan mereka. Setiap hari maunya main terus, nggak peduli cuaca panas atau hujan. Belum lagi kalau sudah bertemu dengan teman-teman seusianya di komplek perumahan. Diajak pulang pun susahnya minta ampun.


Dengan usia segitu dan semangat aktifnya itu, otomatis kebutuhan nutrisinya juga harus dijaga. Makanya saya selalu memastikan mereka meminum susu setiap hari untuk melengkapi kebutuhan gizinya. Kalau anak sehat pasti mereka lebih semangat untuk beraktifitas, karena #AktifItuSehat.

Alhamdulillah Qia dan Aqsha suka sekali minum susu. Pokoknya sehari-hari mereka nggak bisa lepas dari yang namanya susu. Bangun tidur yang diminta pasti susu, bahkan kalau dibolehkan Uminya setelah makan pun maunya minum susu. Kalau dihitung-hitung tiap pekan kami bisa menghabiskan susu 5-6 liter susu hanya untuk Qia dan Aqsha karena sekali minum banyak sekali. Mungkin bisa sampai 200ml karena pakai gelas yang besar.

Untuk pilihan susu saya lebih percaya pada susu UHT daripada susu bubuk. Pilihan ini bukan tanpa alasan. Menurut beberapa artikel yang saya baca, kandungan nutrisi seperti energi, vitamin, protein, lemak, karbohidrat, mineral dan kalsium yang terkandung dalam susu akan tetap terjaga dengan baik jika susunya diproses dengan UHT. Proses pemanasan dengan suhu yang sangat tinggi membuat susu benar-benar steril dari bakteri. Selain itu, susu UHT bebas dari bahan pengawet.


Baru-baru ini Indomilk meluncurkan varian baru yaitu Indomilk UHT Kids Full Cream ukuran 115 ml. Saya pun langsung tertarik mencobanya karena tahu kalau susu UHT Indomilk tanpa tambahan gula dan garam. Setelah saya beli dan cek sendiri, #IndomilkUHTKidsFullCream ini juga sama. Saya pun makin yakin kalau rasanya juga akan seenak dan gurih seperti varian UHT sebelumnya. Apalagi dengan varian rasa full cream, tentu lebih segar dan nggak bikin haus di tenggorokan.

Keunggulan Indomilk UHT Kids Full Cream bukan hanya karena bebas gula dan garam. Di dalamnya juga diperkaya dengan kalsium dan kandungan nutrisi yang lengkap. Berdasarkan informasi nilai gizi yang ada di kemasan, Indomilk UHT Kids Full Cream mengandung kalsium, fosfor, vitamin D, dan juga sumber vitamin A, B1, dan B6. 


Dengan semua kebaikan nutrisi Indomilk UHT Kids Full Cream, pastinya akan membantu supaya anak tetap sehat dan aktif. Mungkin diantara kalian ada yang sedang dalam proses menyapih anak? Jangan ragu untuk menjadikan Indomilk UHT Kids Full Cream sebagai pengganti ASI karena susu ini cocok untuk anak usia 1 tahun ke atas sehingga bisa jadi pilihan tepat setelah ASI.

Sekarang saya selalu membawa Indomilk UHT Kids Full Cream setiap kali pergi bersama anak-anak. Kemasannya pas sekali untuk dipegang anak-anak, praktis sehingga mudah dibawa kalau kami sedang bepergian. Tidak perlu repot menuang susu ke dalam gelas lagi, tinggal tusuk dengan sedotan dan mereka bisa minum dengan mudah walaupun di atas kendaraan sekalipun.

Nah kebetulan saat ini Indomilk UHT Kids Full Cream sedang mengadakan blog competition. Lomba ini bisa diikuti bagi kita yang memiliki anak usia 2-5 tahun. Yuk, ikutan! Bagi yang berminat dan memenuhi syaratnya, masih ada waktu untuk mengejar. Untuk mendapat info lebih lengkap mengenai lombanya, kalian bisa kunjungi link ini. 


#IndomilkUHTKidsFullCream
#AktifItuSehat
Share
Tweet
Pin
Share
1 komentar
Menjadi ibu rumah tangga itu nggak ada liburnya. Apalagi kalau punya anak balita. Kadang mau keluar rumah saja mikir-mikir karena bakalan riweuh sama kerempongan ngejar-ngejar anak yang lagi aktif-aktifnya.

Salah satu teman pernah bilang seperti itu ke saya. Bagi saya sih, mau liburan atau nggak itu tergantung persepsi. Kalalu kita menganggap ibu rumah tangga sebagai pekerjaan, ya memang nggak ada liburnya. Jadi suami juga nggak ada libur, sama seperti jadi anak. Karena gelar itu akan terus menempel pada diri kita sampai mati. Siapa yang bisa menolak? Kan siklus kehidupan memang seperti itu alurnya?!

Tapi saya akui, menjalani kehidupan sebagai stay at home mom memang cukup sulit. Makanya saya salut deh sama ibu-ibu yang sanggup tinggal di rumah 24 jam nonstop membersamai anak dan keluarganya. Saya yang baru resign kerja beberapa bulan saja sudah jenuh dan selalu cari aktifitas keluar. Sekadar cari angin supaya mata dan pikiran nggak buntu di dalam rumah.

Ngomong-ngomong soal liburan, keluarga saya sepertinya cukup jarang menikmatinya. Bukannya sok sibuk, sebelum tinggal di rumah yang sekarang ini kan kami tinggalnya di asrama sekolah. Jadi walaupun hari Minggu sekalipun biasanya kami tetap tinggal di sekolah, menemui para wali murid yang mengisi hari liburnya dengan mengunjungi anak-anak mereka. Bahkan libur semester pun biasanya kami nggak ke mana-mana karena harus merangkap jadi supervisor pekerjaan tukang yang merenovasi gedung sekolah dan asrama supaya benar kerjanya. Sampai-sampai di kalangan guru-guru asrama dulu ada semboyan, ‘liburan itu hanyalah fatamorgana’. Belum lagi kalau ada tugas tambahan lain untuk suami saya yang jadi humasnya sekolah, hari libur pun kadang suka dapat telpon mendadak harus ke dinas lah, ke yayasan lah, bikin desain banner acara ini, bikin brosur itu dan lain-lain.

Sejak saya resign dan kami tinggal di rumah sendiri, waktu terasa sedikit lebih lapang karena hanya suami yang kerja. Dari yang biasanya jam 10 malam baru bisa pulang dan istirahat, sekarang selepas Asar suami sudah sampai di rumah. Dan karena saya sudah nggak kerja lagi, bulan Oktober kemarin saya memutuskan untuk menjual Asus X201e milik saya yang dulu dibelikan suami. Saya pikir karena sekarang suami di rumah terus, jadi bisa barengan saja. Keputusan yang belakangan saya menyesalinya karena ternyata saya sudah sangat tergantung dengan laptop untuk bekerja.

Nah, liburan semester bulan Desember kemarin akhirnya kami sekeluarga bisa liburan. Itupun awalnya nggak ada rencana karena suami sedang banyak pekerjaan untuk persiapan membuat SMA dengan yayasan. Saya sih ya manut-manut saja, mau liburan ayo, nggak ya sudah. Tapi akhirnya dia sendiri yang bilang, “kalau nurutin kerjaan, nggak bakal ada liburnya”. Yup, berangkatlah kami pulang kampung ke rumah mertua.

Kami nggak pergi ke tempat wisata atau pantai dan semacamnya karena satu alasan yang simpel saja. Takut mubazir. Waktu liburan yang hanya sedikit, ditambah dengan minimnya komunikasi dengan saudara terutama orang tua membuat kami harus memanfaatkan liburan ini untuk pulang.  Lagipula anak-anak senang sekali di kampung karena bisa bertemu dengan sepupu-sepupu mereka dan bebas lari-larian tanpa dihalang-halangi. Bahagia buat anak-anak itu sangat sederhana ya?! Seringkali kita sebagai orang tua yang terlalu njelimet ingin memberikan sesuatu yang berlebihan untuk mereka.

Sebelum berangkat saya sempat tanya ke suami, mau bawa laptopnya atau nggak. Hampir-hampir kami nggak bawa dong, karena gayanya sok mau free beneran di kampung. Tapi karena kami tipe orang yang realistis akhirnya dibawa juga. Dan benar saja, ternyata kerja dalam kondisi tenang dan damai bisa membuat produktifitas meningkat. Di kampung, saya dan suami malah bisa membuat lumayan banyak project dan rencana kerja untuk tahun ini.

Santai setelah toko tutup
Enaknya kalau sedang di rumah mertua, saya akan terbebas dari pekerjaan rumah tangga. Urusan masak semua ibu mertua yang mengerjakan. Katanya beliau mau buatkan makanan kesukaan anaknya kalau dia sedang di rumah. Jadi kalau pagi paling saya cuma memandikan anak-anak lanjut  bantu jaga toko. Terbalik? Ya itu nasib saya, Alhamdulillah. Sambil jaga toko, biasanya saya dan suami bisa ngobrol-ngobrol dengan tetangga yang kebanyakan masih saudara. Oh iya, rumah mertua saya memang lokasinya di pasar. Tapi jangan bayangkan pasar yang ada di kota ya, beda jauh. Keriuhan pasar di kampung jauh lebih menentramkan, karena interaksi yang terjadi di sini penuh suasana kekeluargaan. Dialog yang terjadi antara pedagang dan pembeli misalnya, jauh dari modus dan paradigma untung-rugi. Semuanya akrab dan jujur. Dan dari damainya kampung halaman inilah kemudian biasanya inspirasi datang.

Jalan-jalan sama Abi
Hari kedua di kampung, suami mengajak saya jalan-jalan ke tempat-tempat bermainnya semasa kecil dulu. Dari SD, lapangan sepak bola sampai Vihara dan kolamnya yang dulu sering dia jadikan tempat untuk latihan berenang, sembunyi-sembunyi katanya biar nggak ketahuan Ibu. Sayang kami nggak boleh mengambil gambar di sana. Kami juga menyempatkan diri menyusuri pematang dan melihat kali kecil di kampung sebelah. Bukan hal yang istimewa sebenarnya karena rumah orang tua saya sendiri di kampung letaknya persis di pinggir sawah. Tapi sejak tinggal di kota, pemandangan seperti ini menjadi sangat langka dan dirindukan. Qia dan Aqsha heboh bisa melihat sapi dan kerbau dan kegirangan mengejar-ngejar burung pipit.

Nggak mau kehilangan mood, saya ingin memanfaatkan sisa waktu liburan untuk membuat konten. Inilah yang membuat saya menyesal sudah menjual laptop. Karena harus berebut dengan suami ketika kami sama-sama mendapat inspirasi. Mau nggak mau saya yang harus mengalah karena pekerjaan suamilah yang harus diprioritaskan.


Sebenarnya justru laptop yang dipakai suami inilah yang milik saya. Dulu saya membelinya tahun 2013, ketika baru mulai bekerja dengan mencicil dari gaji bulanan. Artinya sekarang sudah lebih dari 5 tahun Asus ini menemani saya. Setelah menikah, suami sering pinjam karena dia malas pindahan bawa-bawa komputer. Lalu karena merasa nggak enak, dia akhirnya beli laptop baru yang sama persis dengan milik saya. Jadi laptop saya dipakai dia, saya dapat baru.

Dulu, laptop Asus X201e ini jadi pilihan saya karena dia termasuk yang tipis, ringan dan punya desain yang simple tapi menarik. Bagi saya yang belum menikah dan suka jalan-jalan, bawa laptop kecil seperti ini sangat membantu. Performanya juga bagus banget, selama 5 tahun ini cuma sekali diservis dan itupun gara-gara kemasukan flashdisk bervirus. Lebih dari itu, segala urusan desain grafis suami dan content writing saya kelar sama laptop ini. Namun dengan perkembangan teknologi dan pekerjaan sekarang, saya berpikir untuk ganti laptop saja di tahun 2019 ini.

Berdasarkan pengalaman indah dengan Asus, saya nggak ragu untuk tetap memilihnya sebagai teman bekerja. Dan saya dengar, akhir tahun lalu Asus mengeluarkan laptop terbaru dari seri Zenbook, yaitu Zenbook S UX391UA. Zenbook ini adalah seri laptop high-end dari Asus. Bagi penggemar Asus pasti sudah nggak asing lagi.


Kenapa saya naksir sama laptop ini? Alasannya masih sama ketika membeli X201e dulu. Saya suka laptop tipis yang portable, gampang buat ngetik dan performanya bagus. Zenbook S ini beratnya hanya 1 kg dan tebalnya hanya 12,9 mm. Jadi kalau misalnya saya bawa pergi-pergi ke acara blogger gathering misalnya, nggak akan repot keberatan bawa laptop.  Selain itu, desain keyboardnya dibuat senyaman mungkin untuk mengetik. Saya biasanya mulai menulis malam hari kalau anak-anak sudah tidur. Otomatis pencahayaan akan kurang bagus. Zenbook S ini keyboardnya dilengkapi dengan cahaya emas yang lembut sehingga memudahkan mengetik di kondisi pencahayaan apapun, namun tetap nyaman di mata.

Begitu juga kalau sedang pulang kampung seperti liburan kemarin, nggak perlu banyak drama untuk bingung mau nyelipin laptop di mana karena dia sudah memenuhi standar militer MIL-STD 810G yang sangat menuntut keandalan dan daya tahan. Jadi kalau hanya sedikit tertekan di dalam tas nggak akan membuat saya khawatir, karena Zenbook S UX391UA ini sudah melewati serangkaian pengujian ekstrem. Jatuh, terguncang, penggunaan di ketinggian sampai tes di suhu yang tinggi maupun rendah.

Mulai ikutan naksir sama Asus Zenbook S UX391UA? Pasti deh habis kenalan sama dia nanti kalian juga pengen #2019PakaiZenbook. Yuk saya ajak kenalan lebih jauh lagi.

Ultra Tipis dengan Desain Elegan yang Nyaman

Di atas sudah saya tulis kan kalau laptop ini tebalnya hanya 12,9 mm?! Satu hal lagi yang membuat saya yakin bahwa laptop ini nyaman untuk mengetik adalah desain engselnya yang unik. Zenbook UX391UA memiliki desain engsel ErgoLift eksklusif yang otomatis akan memiringkan ke posisi mengetik yang paling nyaman ketika kita membukanya. Tingkat kemiringan ini sudah diperhitungkan dengan cermat untuk meningkatkan kinerja pendingin dan juga audio. Dengan begitu, laptop jadi tidak cepat panas kalau misalnya dipakai bekerja berjam-jam atau nonton drama korea semalam suntuk. –bukan saya— 😂


Pilihan warna yang dipilih untuk laptop ini juga mewah banget. Skema warnanya deep dive blue dan rose gold. Coba bayangkan kalau misalnya kita sedang membawanya di sebuah acara dan lampu latar keyboardnya yang keemasan menyala, siapa yang nggak akan tertarik untuk melihat?!

Kinerja Maksimal, Baterai Tahan Lama

Sebagai blogger biasanya pekerjaan saya nggak jauh-jauh dari menulis dan fotografi. Sesekali juga saya belajar membuat vector, berguru sama suami. Nah biasanya kalau sudah urusan pekerjaan kita akan lebih mudah stress kalau perangkat kerja nggak mendukung. Untungnya selama ini saya nggak pernah menemukan masalah berarti. Tapi coba deh lihat Zenbook ini. Kapasitas RAM nya sampai 16 GB dan dilengkapi dengan prosesor Intel Core i7 terbaru. Jauh banget sama laptop Asus saya yang sekarang. Ya jelas, generasi juga beda keleus. 😆

Untuk menopang kinerja yang maksimal, Zenbook S terbaru ini juga dilengkapi dengan teknologi Asus Wi-Fi Master yang memudahkan kita untuk mengakses internet melalui jaringan Wi-Fi dengan lebih mudah.

Kalau biasanya kita memasukkan password ketika memulai Windows, di Zenbook S UX391UA cukup dengan satu sentuhan saja. Karena laptop ini sudah dilengkapi dengan teknologi Windows Hello dan sensor sidik jari. Ini membuat akses lebih mudah dan aman. Punya pengalaman nih soalnya, suami gampang banget mbobol password laptopnya murid-murid yang kedapatan menyusupkan laptop di asrama. Dan dengan kemampuannya yang mumpuni, kita juga nggak perlu nunggu lama ketika OS dimuat atau membuka aplikasi.

Selain itu, baterai yang berkapasitas tinggi juga membuat Zenbook S ini mampu bertahan lebih lama. Ditambah teknologi fast-charge memungkinkan kita mengisi ulang baterai hingga 60% hanya dalam waktu 45 menit.

Audio Visual yang Memanjakan

Zenbook S dilengkapi dengan layar NanoEdge ultra-high dengan warna yang detail dan hidup. Layarnya bisa menampilkan gambar yang tajam baik untuk foto maupun video. Cocok banget untuk saya yang hobi nonton streaming di laptop maupun aktifitas editing gambar.

Bagaimana dengan kwalitas audionya? Zenbook S UX391UA dilengkapi dengan audio premium Harman Kardon dan hasilnya mampu mengeluarkan audio berkwalitas bioskop. Tapi jangan khawatir. Karena walaupun suaranya kuat di volume maksimum, akan tetap jernih dengan distorsi minimum.

Asisten Pribadi

Sebagai penggemar Marvel Universe saya dulu sering membayangkan enaknya hidup Tony Stark yang selalu dibantu Jarvis. Ternyata hal seperti itu bukan hanya ada di film. Setelah beberapa waktu lalu saya cukup takjub dengan adanya Google Assistant, di Zenbook S ini ada Alexa yang akan menjadi asisten pribadi kita. Tinggal bilang saja, Alexa akan membukakan email untuk kita, memutar lagu favorit atau bahkan menceritakan kisah lucu.

***

Setelah melihat spesifikasi Asus Zenbook S UX391UA makin mantap kalau saya harus punya laptop tahun 2019 ini. Karena dengan aktifitas dan pekerjaan sekarang, nggak mungkin saya menggantungkan kebutuhan blogging dan pembuatan dokumen hanya dari smartphone. Bahkan nggak peduli liburan sekalipun, seringkali inspirasi datang yang kalau ada laptop pasti bisa lebih produktif. Doakan ya, mudah-mudahan impian ini bisa terwujud segera dan makin banyak karya yang bisa dibuat. 😊

Tag : #LiburanAsikDenganLaptopAsus #2019PakaiZenbook



Share
Tweet
Pin
Share
2 komentar
Older Posts

About me

I am a teacher and firefighter mother for my daughters.
I'm passionate about art, beauty and having a great interest about Islamic studies

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

Book Review Brain Dump Bullet Journal Family Story Film Review Life Hacks Quran Journal Seeking Jannah Zero Waste

Total Pageviews

recent posts

Blog Archive

  • ▼  2019 (11)
    • ▼  February 2019 (1)
      • Pengalaman ber-Bullet Journal
    • ►  January 2019 (10)
  • ►  2018 (9)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  October 2018 (1)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  January 2018 (2)
  • ►  2017 (30)
    • ►  December 2017 (2)
    • ►  November 2017 (3)
    • ►  October 2017 (3)
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
    • ►  April 2017 (4)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (8)
  • ►  2016 (9)
    • ►  December 2016 (3)
    • ►  November 2016 (5)
    • ►  October 2016 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  February 2014 (2)
  • ►  2013 (36)
    • ►  November 2013 (4)
    • ►  October 2013 (3)
    • ►  September 2013 (3)
    • ►  July 2013 (2)
    • ►  May 2013 (2)
    • ►  April 2013 (8)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (6)
    • ►  January 2013 (5)
  • ►  2012 (12)
    • ►  December 2012 (9)
    • ►  April 2012 (2)
    • ►  January 2012 (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  December 2011 (2)

Popular Posts

  • Mengapa Saya Memilih Oriflame?
  • Love Nature Aloe Vera Skincare; Review
  • Tentang Aksi Bela Qur'an Hari Ini; Sikap Saya
  • Mendampingi Aktifnya Anak dengan Indomilk UHT Kids Full Cream
  • Review Pokana Pants Disposable Diaper
Technology image created by Freepik

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates