SLIDER

Dadakan ke Padang


Sabtu, 22 April 2023 kami sekeluarga memutuskan untuk pulang ke kampung suami terlebih dahulu sebelum mengunjungi Ibu saya. Rencananya kami hanya akan menginap satu malam di rumah kakak ipar, pulang ke Bandar Lampung, dan ke rumah Mamak esok harinya lagi. Simpel. Karena sudah tidak ada mertua, kami berpikir tidak perlu berlama-lama di kampung halaman. Asalkan semua saudara sudah dikunjungi, paling baik ya kembali pulang ke rumah. Nggak enak juga kalau mau merepotkan kakak ipar terlalu lama. Jadi, pagi-pagi saya hanya mengepak 3 stel pakaian untuk masing-masing saya dan anak-anak.

Dan yang terjadi berikutnya persis seperti judul tulisan ini. Tiba-tiba kami malah berangkat ke Padang. Gara-gara malam Ahadny kakak ipar kami mendadak nyeletuk, "Nif, ke Padang yuk." Segampang mengucapkan satu baris kalimat itu, segampang itu juga suami saya mengiyakan. Jadilah kami 2 keluarga, 9 orang, berangkat ke Padang naik Innova milik kakak ipar. Perjalanan yang normalnya butuh 22-24 jam kalau menumpang sopir jadi butuh 2 hari 1 malam karena kami berjalan santai dipotong numpang tidur di masjid malam harinya.

Bagi saya ini adalah pertama kalinya ke Padang walaupun saya menghabiskan hampir separuh hidup bersama orang-orang Padang. Kebetulan di masa lalu, setiap kali diajak ke Padang saya selalu tidak bisa. Ternyata takdir ke Padang bareng suami ๐Ÿ˜… . Dan karena berangkatnya dadakan tanpa persiapan, perjalanan ini malah kurang menyenangkan buat saya.

Saya adalah orang yang selalu berusaha well prepared untuk apapun. Berlawanan dengan suami dan keluarganya yang serba spontan. Jadi ketika diputuskan akan berangkat ke Padang, saya sempat mendiamkan suami saya malam itu ๐Ÿ˜†. Saya hanya bawa 3 stel pakaian yang sebenarnya itu sudah lebih dari cukup karena kami berencana hanya menginap satu malam dan kembali paginya. Tapi ke Padang, setidaknya kami akan menghabiskan 7 hari -di perjalanan dan di Padang-. Itu artinya kami harus beli baju baru, bukan hanya untuk saya tapi kami sekeluarga. Pulang ke Bandar Lampung 'hanya' untuk ambil baju akan terlalu banyak membuang waktu dan tenaga. Jadi saya serahkan urusan kebutuhan sandang selama ke Padang kepada suami saya. "Pokoknya beliin baju baru, jangan ganggu duitku." Demikian ultimatum saya.


Saya kemudian berpikir untuk mengambil beberapa gambar selama perjalanan untuk mengobati kekesalan. Tapi ternyata harus kecewa lagi karena foto-foto yang saya dapatkan tidak terlalu memuaskan. Bahkan bisa dibilang buruk.  Begitu keluar dari jalan tol, kami memasuki daerah Indralaya, Sumatera Selatan dan... sepanjang jalan saya terus beristighfar melihat sampah bertumpuk di pinggir jalan. Setiap kali saya mengambil foto, selalu saya hapus lagi karena pasti ada tumpukan sampah nyelip di pinggiran gambar.

Sampai Jambi, ternyata kesan tidak menyenangkan ini tetap tidak berubah. Entah karena memang suasana hati saya sudah tidak nyaman sejak awal atau memang seperti itu, tapi saya merasa tiap tempat yang kami singgahi sama sekali tidak menyenangkan. Dari rest area, pom bensin sampai masjidnya tidak ada satupun yang nyaman untuk disinggahi.

Di Padang, Alhamdulillah saudara suami saya tinggal di Bukittinggi yang dingin dan sejuk. Walaupun Qia dan Aqsha sakit selama di sana, tapi justru itu jadi alasan untuk saya istirahat di rumah saudara. Nggak perlu keliling, saudara yang mengunjungi kami. Bisa dibilang saya punya waktu untuk menyegarkan pikiran, dan mengunjungi Jam Gadang sebentar yang tentu saja penuh dengan lautan manusia ๐Ÿ˜‚.


Saya pikir, setelah beberapa hari di Padang pikiran saya akan jadi lebih cerah dan bisa melihat dunia dengan lebih indah. Tapi ternyata pengalaman perjalanan saya tetap tidak berubah, padahal kami sengaja memilih jalan yang sedikit beda dengan waktu berangkat. Sampai akhirnya ketika mampir di masjid yang gambarnya saya ambil di atas ini, saya sempatkan untuk menyampaikan uneg-uneg kepada suami.


"Perasaanku aja atau memang jalanan yang kita lewati rasanya kotor terus ya?"


"Memang kotor."


Lega banget rasanya perasaan saya dikonfirmasi sama suami. Bahkan dia menambahkan, "Dari sekian banyak pom bensin yang kita singgahi cuma 1 yang kamar mandinya nyaman." 


"Dan semua pom bensin yang kita singgahi bahkan cuma dilihat dari depan aja rasanya udah nggak bersih. Masjid ini aja, tadinya kupikir bakal kayak Masjid Taqwa Metro. Tapi ternyata kamar mandinya, Subhanallah..."


"Kamar mandi laki-lakinya mending sih,"


"Oh,..." Saya bersyukur dalam hati. Setidaknya ada hal bagus yang dirasakan suami saya, walaupun saya nggak bisa ngerasain.


Mungkin kalau ada yang baca tulisan ini akan berpikir serajin dan sebersih apa saya sampai mengeluhkan sampah dan kejorokan tempat umum selama perjalanan ke Padang ๐Ÿ˜. Well, saya aslinya juga nggak rajin-rajin amat kok orangnya. Suami saya yang orangnya rajin. Saya cuma mau menyampaikan apa yang saya rasakan selama perjalanan. Dan kebetulan itu yang saya rasakan. Jadi, mau bagaimana lagi?


Dan untuk perbandingan, saya sudah beberapa kali ke Jawa. Sejak masih kecil sampai terakhir adalah tahun lalu. Sementara di Sumatera, selain Lampung daerah yang pernah saya kunjungi ya cuma kota Palembang. Jadi, ketika melakukan perjalanan ke Padang, mau nggak mau saya otomatis membandingkan pengalaman tersebut dengan perjalanan yang pernah saya tempuh ke Jawa. Sayang sekali rasanya melihat jalanan yang dipenuhi sampah plastik berserakan bahkan sampai bertumpuk seperti itu.


***


Satu yang saya syukuri dari perjalanan ini, meskipun nggak nyaman di jalan tapi suasana di Bukittinggi benar-benar nyaman. Walapun saya nggak suka masakan Padang, tapi Alhamdulillah masih bisa nemu sayuran di sana. Dan lagi, kami nggak perlu keluar biaya selama perjalanan. Punya suami bungsu memang benar-benar banyak menangnya ๐Ÿ˜‚.

2 komentar

  1. Liat foto2nya jadi kangeeen Ama Padang ❤️. Baru 2x kesana tapi ga pernah bosen, terutama Krn kulinernya mba ๐Ÿ˜„๐Ÿ‘. Kayaknya ga ada yg ga enak kalo di sumatera barat sih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lho kok udah ada yang komen aja, padahal tulisannya malah baru mau diisi?! Makasih sudah mampir. Kebetulan saya sama sekali nggak suka masakan Padang yang kena karma harus hidup sama orang Padang sepanjang sisa hidup saya. Jadi,,, yaaa.... gitu deh ๐Ÿ˜‚

      Hapus

© Zuzu Syuhada • Theme by Maira G.