SLIDER

Everything I want to say about The Idol

 

Saya warning dulu, bahwa saya cuma akan misuh-misuh di postingan kali ini. Jadi mohon kalau yang mudah baper silakan minggir. Dan untuk memulainya, saya akan katakan bahwa The Idol adalah film p*rn*!!!


Baiklah, mari kita mulai dengan alasan saya menontonnya. Pertama-tama karena saya sudah terlanjur langganan HBO sebulan ini, -kemungkinan bulan depan kita akan pindah ke Netflix- maka sudah pasti The Idol selalu nongol di beranda sebagai serial paling direkomendasikan. Alasan kedua tentu saja kehadiran Jennie Blackpink yang menarik begitu banyak perhatian manusia di dunia sampai-sampai cuplikan-cuplikan dia joget-joget itu lewat terus di beranda Instagram saya. Jujur saja, ketika melihat cuplikan-cuplikan itu saya nggak terlalu kaget karena kalau dibanding dengan member Blackpink yang lain, memang kelihatannya Jennie yang paling berani tampil sexy. 


Dan sebagai tambahan lagi, saya sudah 33 tahun. Sejak menikah dan punya anak saya sudah berani ngintip film 21+, walaupun masih saya pilih-pilih juga tergantung bagaimana review orang-orang. Sejauh ini film 21+ yang saya tonton baru Red Sparrow. Game of Thrones saja baru pekan kemarin saya nonton episode satunya dan sempat bikin saya ngusir suami gara-gara terkaget-kaget sama scenes anehnya. Khusus The Idol, saya bilang itu bukan sekadar film 21+, it's literally p*rn yang harusnya cuma bisa diakses di website-website ilegal. Sepanjang nonton 2 episode serial itu nggak habis-habis saya mikir, "kok bego banget sih Jennie, mau-maunya main di film nggak mutu begitu?" se-nggak mutu itu sampai cuma dapet rating 26% di Rotten Tomatoes.


The Idol, menceritakan tentang seorang penyanyi pop Jocelyn (Lily-Rose Depp) yang lagi galau parah gara-gara ditinggal mati ibunya, setahun yang lalu. Mungkin karena sang Ibu adalah satu-satunya keluarga buat dia, bikin Jocelyn jadi kacau balau hidupnya. Selama setahun itu dia batalin konser dan nggak ada rilisan lagu.


Mau pakai pin juga nggak akan ngaruh, anak sekarang nonton beginian di Telegram 😒


Episode 1


Adegan pembuka, kita disuguhi mukanya Jocelyn yang lagi berpose buat pemotretan. Layar fokus penuh sama muka dia yang diminta ngasih bermacam-macam ekspresi. Karena saya nggak baca-baca sinopsis pas mau nonton serial ini, saya pikir dia tuh aktor gitu. Ternyata saya salah sangka. Ketika angle makin dijauhin mulailah keliatan si Jocelyn yang difoto itu hampir bugil. Hanya dalam beberapa detik, saya udah shock.


Cerita berlanjut dengan kehadiran orang-orang di sekitar Joceclyn. Mulai dari asisten, manajer, wartawan majalah, produser, pokoknya orang-orang yang paling berpengaruh dalam karirnya Jocelyn. Di situ ditunjukin mereka lagi ngeributin fotonya Jocelyn yang nggak senonoh yang nyebar di internet. Yang aneh adalah, mereka panik tapi nggak ada upaya buat nanganin masalah. Diusut kek siapa yang nyebar fotonya, bikin apa gitu. Jadi kepanikan yang mereka ributin di belakang Jocelyn kayak nggak ada artinya. Sepanjang episode, itu foto dibahas terus tapi gantung aja nggak ada juntrungannya.


Abis itu adegan nari yang nyebar ke mana-mana itu, tuh, yang ada Jennie-nya. Kayaknya sih di situ peran Jennie coba dimasukin ke plot cerita. Jocelyn keliatan cuma ngobrol sama Dyanne yang diperanin Jennie, nggak sama dancer yang lain. Dyanne digambarkan sebagai dancer yang paling berkompeten di kelompok itu. Lewat Dyanne juga nanti Jocelyn kenalan sama Tedros yang diperankan The Weeknd.


Setelah mikir agak lama, memang cuma itu inti dari episode 1. Sisanya cuma nunjukin Jocelyn bugil, sama adegan-adegan nggak jelas lainnya. Plotnya nggak jelas, penokohan karakter-karakternya juga nggak dipikirin, vibenya malah kayak film horor. Awalnya saya pikir akan ada eksplorasi tentang rahasia gelap dunia hiburan Hollywood yang sering dibicarakan orang-orang. Makanya saya lanjutin deh ke episode 2.


Episode 2


Akan tetapi saya kembali kecewa. Kalau di episode 1 isinya cewek-cewek hampir bugil, di episode 2 malah makin parah. Kalau ada orangtua yang membaca tulisan ini dan anak Anda adalah penggemar Blackpink, Anda harus khawatir. The Idol benar-benar cuma film p*rn*. Saking cabulnya sampai saya nggak nemu foto yang bisa ditempel di blog ini, amit-amit ya Allah.


Saya berharap di episode 2 bakal ada flashback atau cerita tentang peristiwa-peristiwa penting dalam hidup Jocelyn yang bikin dia sekacau itu. Setidaknya kalau di episode 1 nggak ada apa-apa, bisa lah dibangun pelan-pelan, ya kan?! Nyatanya malah dikasih cerita yang makin nggak nyambung. Semua informasi tentang Jocelyn dikisahkan lewat karakter-karakter lain yang justru bikin Jocelyn kehilangan daya tariknya sebagai tokoh utama.


Dan yang paling bikin geregetan adalah scene pengambilan video musik. Maksa banget! Jocelyn pake baju yang cuma tempelan doang, kelihatan nggak siap tapi semua maksa dia untuk tetap tampil. Karena ngulang nari berkali-kali, kakinya sampai berdarah, giliran udah oke penampilannya -ini yang diluar nalar- malah kameranya yang error. Ingin berkata kasar rasanya.


Di mana Jennie di episode 2? Cuma ngucapin beberapa kalimat. Lucu banget, sebuah film yang bercerita tentang seorang Idol, menampilkan salah satu idol paling berpengaruh di dunia, tapi cuma dipakai buat pajangan. Saya curiga, Jennie cuma dipasang di serial ini supaya penggemar-penggemarnya nonton film p*rn* tanpa sengaja.


Saya nggak akan nerusin nonton, mending saya lanjutin Game of Thrones yang walaupun banyak begituannya tapi paling nggak yang saya lihat di episode 1 memang cocok sama novelnya. 

Tidak ada komentar

Posting Komentar

© Zuzu Syuhada • Theme by Maira G.