Yang Mengagumkan dari Kaoru & Rin

By Zuzu Syuhada - Desember 30, 2025

Sebelum saya menulis review tentang anime ini, saya mau cerita sedikit. Waktu saya SD, lokasi sekolah saya berhadap-hadapan dengan SD lain. Bahkan kami berbagi halaman yang sama, --halaman yang sangat luas, btw--. Meskipun sekarang kedua sekolah itu sudah dijadikan satu, tapi kalau dicari di Google Maps, masih ada nameboard sekolah kami masing-masing di pinggir jalan mengawal satu pintu masuk yang sama. Sekolah kami adalah salah 2 sekolah unggulan pada saat itu, walaupun sekolah saya selalu yang lebih unggul. Karena itulah, hubungan antar muridnya jadi kurang sehat. Kami selalu ingin terlihat lebih hebat. Dari petugas upacara, --upacara pun kami bareng 😊--, lomba cerdas-cermat, bahkan sampai ke urusan antre jajan di kantin sekolah. Ketika saya kelas VI, sempat terjadi perselisihan antara sekolah kami sampai hampir tawuran. Tebak siapa biang keroknya? Yes, saya, saudara-saudara. 😂 

Ceritanya anak cowok di sekolah sebelah suka sama saya, terus nembak gitu deh. Nah karena saya literally masih bocah yang nggak mudeng urusan begituan, ya saya tolak, dong. Di benak saya saat itu, "apa itu pacaran?!" Sepolos itu saya, sehingga saya nggak tahu kalau hal-hal kayak gitu nggak seharusnya saya ceritakan ke teman-teman di sekolah. Tapi karena saya cupu, waktu ada teman yang tanya kenapa si anu nemuin saya tempo hari, saya pun menjawab dengan nada datar. Dan, dar der dor,,, teman-teman overprotektif itu nggak terima temannya ditaksir murid dari sekolah 'musuh'. Saya nggak tahu bagaimana kelanjutannya, tiba-tiba suatu pagi saya diajak teman-teman sekelas untuk ke lapangan, bukannya masuk kelas. Saya yakin ada alasan lain yang membuat ketua kelas kami lebih marah pada saat itu, tapi yang jelas kejadian saya itu yang jadi penyulutnya. Untungnya nggak sampai 10 menit, guru-guru langsung berhasil menemukan kami dan menggiring kami kembali ke sekolah masing-masing.

Kenapa saya cerita ini? Karena cerita Kaoru & Rin juga berlatar dari hubungan dua anak yang sekolah di dua sekolah berbeda tapi sebelahan. Bedanya Kaoru & Rin anak SMA, sekolah mereka nggak saingan, melainkan 2 sekolah beda kasta. Satunya sekolah negeri khusus murid laki-laki buangan --Chidori--, satunya sekolah swasta elite khusus perempuan, --Kikyo--. Entah dari mana asalnya, guru-guru dan murid Kikyo sangat membenci Chidori. Saking bencinya, setiap ketemu anak Chidori, 'putri-putri' Kikyo pasti langsung buang muka. Mereka juga nggak pernah membuka tirai jendela yang mengarah ke Chidori.

Tokoh utama kita adalah Waguri Kaoruko, murid SMA Kikyo yang sopan, imut, cantik, pintar, pokoknya kiyuuut banget yang hobi makan. Dia adalah pelanggan tetap sebuah toko kue yang kebetulan milik ibunya Tsumugi Rintaro, murid SMA Chidori. Rintaro adalah anak laki-laki dengan postur tubuh tinggi menjulang, berambut pirang, dan bertindik di kedua telinganya. Karena penampilannya, dia sulit mendapat teman. Semua anak seumurannya takut padanya. Dia baru dapat teman akrab setelah SMA. Dan karena pengalamannya yang kurang menyenangkan, dia pun menjaga jarak dengan teman-teman dekatnya itu. Dia tidak pernah bercerita tentang keluarganya, ataupun mengajak mereka main ke rumahnya.

Suatu hari ketika Rintaro lagi jaga toko, nggak sengaja dia mengejutkan Kaoru yang lagi makan kue sendirian. Saking kagetnya, Kaoru sampai tersedak. Karena malu, dia langsung lari pulang. Rintaro yang khawatir ibunya akan kehilangan pelanggan gara-gara dia, jadi kepikiran dan berencana meminta maaf. Tapi ternyata, justru Kaoru yang mencarinya keesokan hari.

Anime ini isinya orang minta maaf dan berterima kasih terus.

Dari pertemuan itulah Rintaro baru sadar kalau Kaoru sudah sering melihatnya, --yaiyalah, kan dia pelanggan tetap--. Rintaro memanfaatkan pertemuan itu untuk meminta maaf karena telah menakuti Kaoru. Namun untuk pertama kalinya, Rintaro mendengar ada orang yang mengatakan bahwa dia tidak menakutkan. Ucapan Kaoru itu langsung membuat Rintaro kepikiran, dan kisah mereka berlanjut sampai episode 13. Sepanjang menonton serial ini, hati saya hangat menyaksikan karakter-karakternya yang jujur dan penuh empati. My inner child was healed watching Kaoru and Rin, and I'll tell you why you should watch this series, too.

Tutorial Menjaga Hubungan dari Kaoruko & Rintaro

Di permukaan, kisah Kaoru dan Rin memang tampak seperti kisah cinta anak SMA biasa. Dua remaja yang saling suka tapi bingung mengungkapkan perasaan dan selalu kikuk berhadapan dengan orang yang disukai. Tapi ada yang istimewa dari cara penulisnya menggambarkan karakter-karakternya;

Kaoru, Rintaro, dan karakter-karakter lainnya tidak pernah ragu untuk berterima kasih dan meminta maaf. Mereka tidak pernah mau menyimpan atau menyebabkan prasangka kepada orang yang mereka sayangi. Di cerita-cerita lain, konflik biasanya dibangun melalui miscommunication yang tidak perlu. Atau terkadang melalui 'kebohongan-kebohongan demi kebaikan' yang menyebalkan. Karakter-karakter di serial ini begitu jujur dengan perasaannya dan berani menyampaikannya meskipun terkadang hal itu akan menampakkan kelemahan mereka. Tidak jarang, mereka akan langsung tersipu malu atau merasa bersalah setelah mengungkapkan isi hatinya, lalu segera meminta maaf. Di awal-awal menonton saya sempat bosan melihat mereka tidak berhenti saling meminta maaf. Tapi lama kelamaan, saya tersadar. Bukankah memang begitu seharusnya kita menjalin hubungan?! Mengakui kesalahan, menyampaikan kekhawatiran dengan jujur, memahami perasaan orang lain, dan berkomitmen untuk melakukan hal yang lebih baik demi hubungan yang sehat.

Hubungan pertemanan antara Kaoruko dengan Subaru, juga Rintaro dengan teman-temannya memberikan kita panduan tentang bagaimana menghormati batasan. Persahabatan Rintaro dkk adalah representasi healthy masculinity yang sangat kuat. Mereka bukan hanya segerombolan anak berandal yang suka main, mereka juga saling mendukung dan yang paling penting, saling menghormati. Berteman lama tanpa mengenal keluarga Rintaro karena dia tidak mau membahasnya, menurut saya itu hebat. Ketika menyadari ada yang aneh dengan Rintaro, mereka mau menunggu sampai Rintaro sendiri mau membuka diri. 

Tapi yang paling therapeutic buat saya adalah perkataan Ayato setelah kejadian di kelas. Berapa kali kita bisa menghormati pilihan teman dekat kita yang memilih menyimpan kebingungannya sendiri dan menunggu sampai dia siap membaginya? Menerjemahkan satu kalimat "Aku tak mau mengatakannya" dengan 'dia tidak menyangkal, memang ada yang terjadi' membutuhkan kedewasaan dan pengertian.

Psikopat kesayangan... 😍

Sikap Saku pun membuat saya terharu. Alih-alih memaksa Rintaro bercerita atau melampiaskan kemarahan, dia menghadapi ketersinggungannya dengan diam. Mengambil jeda untuk mencoba memahami temannya.

Subaru di sisi lain, adalah cerminan teman overprotektif yang menyadari kesalahannya dan akhirnya dengan rendah hati meminta maaf kepada Kaoru. Dia bisa saja membiarkan pertemuannya dengan Rintaro sebagai rahasia yang sudah berlalu, dan menjalani kehidupannya seperti biasa. Tapi kesalahan sekecil apapun bisa menjadi besar nantinya jika tidak diselesaikan. Dan dia berani menghadapi kemungkinan apapun dengan mengungkapkan penyesalannya langsung kepada Kaoru.

Isu self esteem dan body image diangkat di serial ini lewat tokoh Rintaro. Sesuatu yang cukup jarang kita temukan di cerita lain. Biasanya, karakter yang minder dengan penampilan selalu perempuan. Apakah kalian juga menganggap Rintaro yang selalu minder sebagai sikap berlebihan? 'Padahal dia keren, loh'? Berarti memang se-enggak aware itulah kita pada isu ini. Kita menganggap laki-laki tidak punya alasan untuk tidak percaya diri dengan penampilan karena mungkin kita jarang atau tidak pernah menganggap perasaan itu pantas dimiliki laki-laki(?!)

Rintaro merasa wajahnya yang sangar dan rambut pirangnya adalah "senjata" yang menakuti orang lain. Ia terbiasa mengasingkan diri agar tidak menyakiti orang lain. Tapi yang menarik di sini adalah perjalanannya bukan untuk menjadi tampan, justru tentang menerima bahwa ia layak dicintai terlepas dari penampilannya. Melalui Kaoru, Rintaro belajar bahwa kelembutan hatinya tetap terlihat bagi mereka yang mau melihat melampaui stigma visual. Melihat hubungan mereka berdua, mengingatkan saya pada Kimi ni Todoke. Shota yang menyukai Sawako apa adanya, dan juga Sawako yang akhirnya mulai percaya diri dengan penampilannya. Bukan berusaha menjadi cantik agar diterima teman-temannya. Kita benar-benar butuh cerita yang mengajarkan encouragement sehat semacam ini.

Kehadiran Orang Tua

Berbeda dengan banyak seri remaja di mana orang tua sering absen atau menjadi penghambat, di sini mereka adalah pilar pertumbuhan. Sejak awal, ibu Rintaro selalu mendukung anaknya terlepas dari kekurangannya. Dia adalah sosok yang secara aktif memperbaiki self-image anaknya. Dia mengajari Rintaro bahwa kebaikan hati adalah warisan yang lebih berharga daripada status sosial. Dia menyadari kondisi anaknya, memahami apa yang dihadapinya, dan memberikan dukungan yang paling dibutuhkan. 

Ayah Rintaro tidak terlalu banyak muncul, tapi ketika dibutuhkan dia hadir meskipun kelelahan. Dari kehangatan keluarga yang seperti itulah kepribadian Rintaro dibangun. Saya berasumsi orang tua dan keluarga Kaoru akan muncul nanti di season berikutnya.

Ayah Rintaro. He is ... fine 😙

Kaoru's POV

Sejak episode pertama, kita bisa menyaksikan bahwa Kaoru yang duluan naksir Rintaro. Walaupun tidak tahu sebabnya, --😉-- Kaoru jelas-jelas yang berusaha mengenal Rintaro lebih dulu. Saya sangat suka cara penulis menampilkan usaha Kaoru menarik perhatian Rintaro. Dia selalu berusaha untuk bisa bertemu Rintaro tanpa terlihat agresif. Dia memberi waktu, menunggu untuk Rintaro memutuskan dan menyampaikan perasaan meskipun mereka sudah dekat. Dengan begitu, dari sudut pandang Rintaro yang lugu seolah mereka membangun perasaan itu bersama. Lalu ketika Rintaro mengutarakan perasaannya, Kaoru pun menang.

***

Harus ada kisah sampingan di setiap romance, kan?!

Saya senang sekali menemukan anime ini di akhir tahun. Akhirnya ada minat baru setelah berkali-kali menonton ulang Maomao dan Frieren. Terkadang, kisah-kisah sederhana seperti ini yang membuat hati kita menjadi sedikit lega, dan pelajaran yang bisa kita ambil terasa lebih relatable karena kita bisa memvisualisasikan adegan-adegan itu di dunia nyata.



  • Share:

You Might Also Like

0 Comments