• Home
  • About
  • Contact
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram pinterest Email

zuzu syuhada


Beberapa waktu belakangan ini perhatian saya sering tertuju pada kasus perceraian tokoh muda muslim di Instagram yang lumayan ramai dibahas di infotainment. Mau nggak ngikutin ceritanya, tapi nongol terus di timeline instagram. Buka Youtube, video-video rekomendasi isinya gosip tentang dia. Akhirnya kepo juga sayanya. Kalian pasti sudah tahu siapa yang saya maksud.

Dan tulisan saya kali ini terinspirasi salah satunya karena adanya kasus si mamas ini. Walaupun sebenarnya judulnya sudah nangkring di draft lama sekali. Iya, saya sudah berencana untuk menulis tentang tema ini sejak tulisan saya tentang poligami itu dipublish. Yang belum tahu, silakan baca di sini.

Membicarakan perceraian memang sesensitif poligami. Entah kenapa, masyarakat kita masih memandang perceraian sebagai sesuatu yang tabu --kalau nggak boleh saya bilang hina--. Padahal, kasus perceraian makin hari makin meningkat yang artinya sebenarnya sekarang banyak orang yang nggak terlalu mikir untuk menceraikan pasangannya. Baik itu laki-laki maupun perempuan.

Orang sering memandang bahwa pasangan suami-istri yang bercerai itu nggak mau berpikir panjang, masih kekanak-kanakan, egois karena nggak mikirin nasib anaknya --bagi yang udah punya anak-- dan lain-lain. Bahkan ibu angkat saya dulu pernah berpesan kepada kakak ketika dia mau cari istri lagi setelah ditinggal meninggal istri pertamanya, untuk nggak memilih janda cerai. Alasannya karena orang yang bercerai itu pasti bermasalah, sesimpel itu. Aneh bagi saya, tapi kenyataannya memang begitu pandangan orang pada umumnya.

Ketika menyimak kasus si mamas Instagram ini pun saya melihat banyak yang melakukan judgement seperti itu. Di komen-komen instagramnya (saya lihat punya si mamas aja, karena punya mbaknya kolom komennya kan dimatiin) banyak yang menyayangkan perceraiannya. Ada yang menasihati untuk kembali rujuk dengan menceritakan permasalahan rumahtangganya secara singkat, tentunya dengan tujuan baik. Yang parah adalah yang menghujat itu, apalagi pakai kata-kata yang menurut saya nggak pantas. Pakai bawa-bawa hafidz Qur'an-nya, umur, masa lalu si istri, dan sebagainya. #istighfar

Orang-orang ini seperti tiba-tiba amnesia kalau ada anaknya ust. Arifin Ilham yang menikah di usia 17 tahun dan sekarang punya anak, bahagia tuh. Dan banyak contoh lain orang yang menikah muda, bahkan di bawah umur tetap bahagia di pernikahannya. Kakak ipar saya contohnya. Dan banyak juga yang sudah dewasa ketika menikah tapi ternyata gagal juga membangun rumah tangga. 

***

Orang tua kandung saya bercerai, kakak kandung saya bercerai. Btw yang pusing dengan keluarga saya silakan simak penjelasannya di sini. Dan banyak pasangan suami-istri yang bercerai, tentunya punya alasan kuat yang membuat mereka memutuskan untuk berpisah. Mungkin karena dalil bencinya Allah pada perceraian maka kemudian kita menganggap orang yang bercerai sebagai orang yang hina. Padahal yang dibenci sama Allah itu perceraiannya, buka orang yang bercerai. Jadi kenapa kita menghujat orangnya?

Sebenci-bencinya Allah dengan perceraian --dengan banyak dalil yang menguatkan-- kita harus tetap ingat bahwa cerai itu halal hukumnya bahkan diatur dengan sangat detil dalam Islam. Betapa Habiburrahman El-Shirazy dengan sangat apik menggambarkan bahwa perceraian bisa terjadi kepada siapa saja bahkan anak seorang kiyai sekalipun. Dan memang ada kalanya itu harus terjadi demi kebaikan yang lebih banyak. Alangkah banyak rumah tangga yang nggak sehat tetap bertahan tapi suami-istri saling menyakiti? Hanya karena alasan kasihan anak jika orang tuanya bercerai. Apakah dengan orang tuanya tetap bersama tapi saling menyakiti membuat anaknya bahagia?

Kita sering lupa bahwa ada kisah para sahabat yang diizinkan bercerai bahkan disuruh oleh Rasulullah. Bahkan tahukah kita, Rasulullah juga pernah sempat berpikir untuk menceraikan istri-istrinya karena masalah rumah tangga yang melanda beliau. Rasulullah tetaplah manusia, dan karena beliau manusia maka jadilah beliau sangat layak untuk diteladani. Ya, beliau tidak jadi bercerai tapi bukankah niatnya untuk bercerai itu menunjukkan bahwa tidak ada yang salah dengan perceraian. Oleh karena itu beliau juga tidak tabu untuk menyuruh sahabatnya bercerai jika memang pernikahan tidak bisa lagi menjadi sarana ibadah kepada Allah.

Kita tentu tahu bagaimana kisah Abdullah bin Abu Bakar yang terpaksa menceraikan istrinya karena diperintahkan ayahnya. Alasannya sepele sepertinya; terlalu mencintai istri sampai lalai beribadah. Pada akhirnya memang mereka rujuk, tapi di sinilah pelajaran bagi kita bahwa tujuan pernikahan yang utama adalah untuk menambah kwalitas ibadah. Jika tidak tercapai, untuk apa dipertahankan? Kisah perceraian Zainab binti Jahsy dan Zaid bin Haritsah juga mestinya jadi pelajaran bahwa kadangkala status sosial yang mengganggu perasaan pun bisa jadi masalah pelik dalam rumah tangga. 

Dan yang tidak bisa kita lupakan adalah tentang kisah Asma' binti Abu Bakar dan Zubair bin Awwam. Siapa yang meragukan keimanan mereka? Sama-sama pejuang, pembela Islam dan Rasulullah. Bahkan Zubair dijamin masuk surga. Tapi kenyataannya mereka bercerai. Lalu apakah percerian itu membuat mereka jadi hina? Mereka tetap mulia, tidak peduli bagaimana gagalnya kisah kehidupan rumah tangga mereka.

Saya juga baru tahu belum lama tentang kisah Asma' dan Zubair ini ketika menyimak kajian ust. Salim A. Fillah. Karena selama ini kisah tentang mereka hanyalah hal-hal baiknya saja. Dan mestinya itu yang jadi contoh untuk kita. Ketika ada yang bercerai, tidak perlu kita kuliti mereka dan cari tahu sampai dalam penyebab perceraiannya karena itu bukan urusan kita. Tapi lihatlah, Abdullah bin Zubair tetap jadi pahlawan Islam walaupun orang tuanya bercerai. Karena dia punya orang tua yang hebat, walaupun keduanya bercerai.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Agak tergesa saya memasuki pelataran El's Coffee House di Kupang Teba Teluk Betung, karena sudah terlambat dari jadwal yang ditentukan. Setengah jam perjalanan dari rumah ternyata belum cukup untuk memburu waktu pembukaan acara Launching El's Creative Hub yang diadakan hari ini. Sesampai di sana, bapak M. Yusuf Kohar wakil walikota Bandarlampung terlihat sedang memberikan sambutan.

Sempat terbengong-bengong karena kebingungan di antara kerumunan orang di halaman, saya kemudian diarahkan untuk duduk dan menyimak acara yang sedang berlangsung. Rupanya selain launching El's Creative Hub, sedang ada lomba pembuatan game dan workshopnya. Salah satu game yang dipamerkan untuk dicoba adalah Finding El's Coffee. Konsepnya mirip-mirip Super Mario, tapi yang dituju adalah El's Coffee. Setelah selesai mengikuti acara di halaman kafe, penjelajahan ke dalam El's Coffee House pun saya mulai.



Begitu memasuki kafe ini, aroma kopi langsung tercium kuat. Membuat saya langsung teringat suami. #eh Di samping pintu masuk, ada sebuah mesin roaster berukuran besar menyambut saya. Cukup mengesankan meskipun sayangnya mesin tersebut sedang tidak digunakan. Padahal saya sudah membayangkan melihat mesin roaster asli yang selama ini cuma bisa saya tonton di iklan-iklan kopi di televisi. Karena kondisi di dalam kafe sedang sangat ramai, saya cukup kesulitan untuk mengambil gambar.

Di bagian kanan berdiri berbagai macam toples berisi kopi dengan macam-macam nama. Dari varian robusta ada Lanang, Java Mocha, Flores, Pagar Alam dan Lampung. Untuk Arabica ada Toraja, Aceh Gayo, Kintamani, Mandheling, Gunung Ijen, Pangalengan, Flores Bajawa, Wamena dan Takengon Long Berry. Selain itu ada satu yang spesial yaitu Luwak --of course--, El's Coffee Blend dan Lampung Gold. El's Coffee Blend merupakan perpaduan antara kopi Robusta dan Arabica, if I'm not mistaken. Bagi saya yang tidak mengerti apa-apa tentang kopi sih, semua seperti sama saja. Tapi yang suka sekali dengan kopi, tentu bisa membedakan mana yang Robusta dan Arabica.


Bagi penyuka kopi, pastilah sudah tahu bahwa provinsi Lampung adalah salah satu daerah penghasil kopi terbaik di negeri ini. Elkana, owner El's Coffee House sepertinya ingin mengenalkan kopi kepada masyarakat luas dengan membuat El's Creative Hub. Dari yang saya simak, ada banyak sekali kegiatan yang akan diluncurkan untuk mendukung niat itu. Salah satunya adalah mengajak masyarakat untuk belajar tentang kopi setiap tiga bulan sekali. Di situ, kita akan dikenalkan lebih banyak tentang kopi, dari filosofinya sampai cara meracik kopi.

Mengembangkan bisnis berbasis budaya lokal memang menarik. Selain bisa mengangkat kearifan lokal, hal itu juga mampu melestarikan budaya daerah. El's Coffee mampu membaca potensi Lampung sebagai penghasil kopi hingga dikembangkan sedemikian menarik dan mampu memikat banyak pengunjung bukan hanya di Lampung sendiri namun juga daerah lain.

Dengan kepedulian yang luar biasa terhadap potensi lokal daerah Lampung itu, saya rasa tidak heran jika El's Coffee kemudian banyak mendapat apresiasi dari berbagai macam kalangan terutama pemerintah. Saya sempat melihat liputan tentang bapak Elkana di koran dan majalah yang sudah dipigura dan ditempel di dinding kafe.

Selain di Lampung, El's Coffee juga sudah ada di Palembang, Padang dan Jakarta. Dengan membawa ragam kopi nusantara sebagai ikon promosinya, El's Coffee tentu saja menjadi tujuan bagi wisatawan yang ingin menikmati produk hasil bumi Indonesia yang sudah mendunia ini. Nah, di Bandarlampung sendiri sudah ada beberapa cabang El's Coffee ini. Tapi saya rekomendasikan untuk berkunjung ke El's Coffee House yang ada di Jl. M.S Batubara 134A, Teluk Betung untuk pengalaman menikmati kopi yang lebih menarik. Karena selain interiornya yang cantik, lokasinya juga cukup nyaman.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

I am a teacher and firefighter mother for my daughters.
I'm passionate about art, beauty and having a great interest about Islamic studies

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • Google+
  • pinterest
  • youtube

Categories

Book Review Brain Dump Bullet Journal Family Story Film Review Life Hacks Quran Journal Seeking Jannah Zero Waste

Total Pageviews

recent posts

Blog Archive

  • ►  2019 (11)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (10)
  • ►  2018 (9)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  October 2018 (1)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  January 2018 (2)
  • ▼  2017 (30)
    • ▼  December 2017 (2)
      • Yang Jarang Kita Pedulikan tentang Perceraian
      • Menikmati Ragam Kopi Nusantara di El's Coffee Hous...
    • ►  November 2017 (3)
    • ►  October 2017 (3)
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
    • ►  April 2017 (4)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (8)
  • ►  2016 (9)
    • ►  December 2016 (3)
    • ►  November 2016 (5)
    • ►  October 2016 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  February 2014 (2)
  • ►  2013 (36)
    • ►  November 2013 (4)
    • ►  October 2013 (3)
    • ►  September 2013 (3)
    • ►  July 2013 (2)
    • ►  May 2013 (2)
    • ►  April 2013 (8)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (6)
    • ►  January 2013 (5)
  • ►  2012 (12)
    • ►  December 2012 (9)
    • ►  April 2012 (2)
    • ►  January 2012 (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  December 2011 (2)

Popular Posts

  • Mengapa Saya Memilih Oriflame?
  • Love Nature Aloe Vera Skincare; Review
  • Tentang Aksi Bela Qur'an Hari Ini; Sikap Saya
  • Mendampingi Aktifnya Anak dengan Indomilk UHT Kids Full Cream
  • Review Pokana Pants Disposable Diaper
Technology image created by Freepik

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates