• Home
  • About
  • Contact
Powered by Blogger.
facebook twitter instagram pinterest Email

zuzu syuhada


Beberapa waktu lalu saya iseng mendaftarkan blog ini ke Google Adsense. Saya pikir tidak ada salahnya, mencoba sesuatu yang bisa membuat saya lebih bersemangat untuk terus menulis. Toh pembaca blog ini juga tidak akan terganggu kan dengan sedikit iklan?! 😃 Tapi belum sempat memasang iklan atau macam-macamnya, tiba-tiba akun adsense saya sudah dibanned dengan alasan terjadi invalid traffic. Tentu saja saya bingung, karena saya merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Lalu saya pun mulai browsing untuk mencari jalan keluar dari masalah ini, karena jujur saja saya agak panik karena akun adsense tersebut juga saya tautkan dengan Channel Youtube saya. Otomatis penghasilan dari Youtube juga tidak bisa masuk kalau akun adsense-nya dibanned.

Akhirnya setelah beberapa kali muter-muter mencari referensi yang pas untuk mengatasi masalah, saya berhenti di sebuah blog yang penjelasannya mudah dimengerti. Maklum, sebelumnya saya sama sekali tidak mengerti urusan google dengan segala cabangnya itu. Dan mengikuti saran dari blog tersebut, saya pun memutuskan untuk mengajukan banding. 

Sebelum mengajukan banding, saya mencoba mengingat-ingat apakah ada traffic yang tidak wajar pada blog beberapa hari belakangan. Lalu saya coba ingat-ingat, dan akhirnya menyadari bahwa pernah suatu hari pengunjung blog sangat banyak melebihi hari biasanya. Tapi saya beranggapan itu karena saya baru saja memposting tulisan baru, sehingga saya tidak mencurigainya. Dan besoknya, saya langsung mendapat email dari Google bahwa akun adsense saya dinonaktifkan. Bermodal dari ingatan itulah saya mengajukan banding.

Dalam email yang dikirim google terdapat link untuk mengajukan banding, kalau dibuka kita akan dibawa ke sebuah formulir banding. Isi semuanya dengan lengkap dan tepat. Saya tidak akan merinci bagaimana cara mengisi per kolomnya, tapi hanya akan fokus pada pertanyaan ke-lima sampai tujuh. 

Pertanyaan ke-5; Bagaimana pengguna bisa sampai ke situs, aplikasi seluler, dan/atau saluran Youtube Anda? Bagaimana cara Anda mempromosikan konten?

Saya jawab : Saya membuat konten-konten yang saya sukai dan mengenai bagaimana pengguna bisa sampai ke situs saya, saya biarkan itu terjadi secara alami.

6. Apakah Anda atau situs, aplikasi seluler, dan/atau channel Youtube Anda pernah melanggar kebijakan program atau Persyaratan & Ketentuan AdSense? Jika ya, bagaimana pelanggaran itu terjadi?

Jawablah dengan jujur, pernahkah situs kalian mendapat teguran dari google terkait dengan ketentuan Adsense. Saya jawab tidak pernah, karena memang tidak pernah.

7. Apa alasan aktivitas tidak valid di situs, aplikasi seluler, dan/atau channel Youtube Anda? Berikan informasi terperinci tentang semua alasan spesifik yang Anda yakini relevan dengan kasus Anda.

Nah ketika mengisi bagian ini terus terang saya agak bingung karena saya memang sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan blog saya. Tapi akhirnya saya memutuskan untuk menyampaikan dugaan saja bahwa blog saya sudah mendapat traffic yang tidak wajar sejak setelah saya mengupload postingan terbaru. Meskipun ragu, saya sampaikan bahwa saya sama sekali tidak mengerti dan hanya menduga itulah yang menjadi penyebab akun adsense saya dibanned.

Oh iya, walaupun semua pertanyaan di formulir itu berbahasa Indonesia, tapi kita harus jawab dengan bahasa Inggris. Jangan terlalu khawatir dulu ya, Google Translate sekarang kwalitasnya sudah semakin bagus kok. Asalkan kita mengetikkan kalimat dengan pola yang benar dan baku, hasil terjemahannya saya lihat sudah cukup lumayan. Jauh berbeda dengan yang dulu.

Butuh waktu agak lama menunggu balasan dari Google. Saya bahkan sudah berencana melupakan adsense dari daftar wishlist income karena dari berbagai informasi yang saya baca di internet. Jika satu akun sudah dibanned oleh google akan sulit kembali. Tapi alhamdulillah akhirnya beberapa hari yang lalu saya mendapatkan email selamat datang lagi dari adsense, dan iklan juga sudah mulai tayang di blog ini. Nah, untuk kalian yang mengalami masalah serupa seperti saya dan ingin mengatasinya mungkin kalian akan terbantu dengan informasi yang ada di blog ini. Semoga berhasil ya 😊
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
pixabay.com

Saya sudah lama sekali ingin menulis tentang ini. Tapi selalu maju-mundur karena khawatir salah mengutip dalil atau argumen. Bagaimanapun, poligami adalah salah satu tema yang sangat sensitif untuk dibahas. Selain itu berkenaan dengan perasaan yang pasti sangat pribadi, juga karena itu adalah salah satu syari'at yang sudah ditetapkan oleh Allah kebolehannya.

Sampai akhirnya beberapa waktu lalu saya membaca sebuah tulisan di blog yang membuat saya kembali tertarik untuk menulis tentang poligami. Di blog itu, sebenarnya sang penulis bercerita dengan gaya yang santai. Namun beberapa hal dalam tulisan itu yang sepertinya juga sudah melekat di pikiran dan hati banyak muslim, menurut saya perlu diluruskan.

Kebanyakan orang yang menolak poligami beralasan bahwa para pelaku poligami hanya berdalih dengan "sunnah Rasul". Rasulullah memang punya banyak istri, tapi yang dinikahi itu janda-janda perang dan usianya sudah pada uzur. Rasulullah menikahi mereka hanya karena ingin menolong dan melindungi mereka. Benarkah demikian? 

Saya bukan pakar sejarah Islam. Tapi alhamdulillah saya pernah membaca buku Baitun Nubuwwah versi terjemahan. Itupun sudah sangat lama, sekitar 10 tahun yang lalu saya membacanya. Tapi paling tidak saya masih ingat bahwa istri-istri nabi tidak setua itu untuk disebut uzur ketika menikah dengan beliau. Salah satu istri yang sudah uzur seingat saya adalah Saudah, yang kemudian dia merelakan malam gilirannya untuk Aisyah karena menyadari bahwa Aisyah bisa lebih menyenangkan Rasulullah dibanding dirinya. Selebihnya, istri-istri nabi yang ternyata ada 12 (jadi bukan 9 ya....) itu berusia masih cukup muda ketika menikah. Untuk informasi ini saya kira sudah banyak sekali kalau kita mau mencari di google. Tidak perlu baca buku yang halamannya ada ribuan. #curhat

Nyatanya, Rasulullah menikah dengan Zainab binti Jahsy bukan karena Zainab janda perang. Pernikahan dengan Maimunah dan Maryam juga bukan karena mereka janda perang. Dan untuk kita ketahui, kisah saling cemburu istri-istri nabi mestinya jadi informasi berguna untuk kita menyadari bahwa istri-istri nabi juga cantik-cantik, shalihah lagi. Kita bisa mengupas lebih banyak tentang hal ini jika mau mengkaji surat At-Tahrim misalnya. Lalu, siapa yang Rasulullah nikahi untuk menolong dan melindungi mereka? Seingat saya ada 3 orang, salah satunya Saudah. Silakan googling sendiri untuk mendapat ulasan lebih lengkap tentang hal itu.

Tapi Rasulullah itu nabi, sudah pasti bisa berlaku adil. Sementara pelaku poligami, mereka hanya ingin memuaskan nafsu saja. Jujur, saya paling tidak tahan jika ada orang yang berpendapat seperti ini. Kalimat seperti 'itu kan nabi, kita mah manusia biasa', menurut saya benar-benar memperlihatkan minimnya pengetahuan agama kita. Bukankah nabi juga manusia biasa? Nabi juga makan, sakit, bekerja, tidur dan menikah. Karena nabi manusia biasa, maka segala sesuatu tentangnya sangat mungkin bisa kita tiru. Bahkan kisah rumah tangga nabi pun tidak lepas dari permasalahan yang sampai pada tingkat serius. Mungkin tak banyak yang tahu, bahwa Rasulullah pernah terpikir untuk menceraikan beberapa istrinya. Silakan baca kisahnya. Buka google.

Untuk pelaku poligami, alangkah hebatnya kita sampai bisa tahu isi hati mereka?! Kalaupun mereka menikah hanya karena nafsu, menurut saya it's none of our business. Selama istri pertama mereka ridho, kenapa kita yang kebakaran jilbab? Urusan rumah tangga saudara saja kita tak baik ikut campur, untuk apa mengadili kehidupan rumah tangga orang lain? Yang lebih membuat saya prihatin adalah ketika melihat ada muslimah yang sampai sangat membenci pelaku poligami hanya karena memelihara prasangka itu.

Memang tak sedikit orang berpoligami yang gagal membina rumah tangganya. Menurut saya, cukuplah itu jadi pelajaran bagi kita. Bukan untuk jadi modal mencela. Karena pada dasarnya, poligami tetaplah halal. Dan saya setuju, bahwa untuk berpoligami memang suami tak perlu izin istri. Pernah dengar bagaimana Aisyah ngambek karena Rasulullah menikah lagi? Itu salah satu kisah yang menjadi dasar bahwa suami memang tak perlu izin istri untuk poligami.

Lalu pernah suatu kali, ketika menanggapi status seorang kader KAMMI di facebook tentang poligami, saya dibalas dengan sebuah pertanyaan konyol. "Kalau begitu mbak Tika perlu jadi contoh dulu nih." Kalimat yang selalu jadi senjata pamungkas para anti poligami kepada orang-orang yang membelanya. Ah, saya sendiri tidak mau juga kalau disebut membela. Terus terang, jika suami saya melakukan belum tentu saya akan setegar Aisyah. Namun pada kasus ini, saya hanya ingi bersikap adil.

Tidak ada satupun syari'at yang Allah turunkan tanpa maslahat. Bahkan keharaman sesuatu pun ada hikmahnya. Kita boleh saja membenci sesuatu, itu tidak terlarang. Siapa yang suka peperangan? Tapi para sahabat Rasulullah dulu tetap melaksanakannya meskipun mereka membencinya. Karena diwajibkan bagi mereka. Maka, untuk poligami yang mubah tak perlulah kita membencinya. Jika kita tak ingin itu terjadi pada diri kita, cukuplah jadikan itu syarat untuk suami. Bagi yang pernah menonton film Ketika Cinta Bertasbih, dialog antara Anna dan suami pertamanya (maaf, saya lupa namanya) itu bisa jadi contoh.

Kita tentu boleh tidak menyukai poligami, tapi jangan sampai mengharamkannya. Jangan sampai kita berdosa karena suatu hal yang sesungguhnya tidak kita alami. Membenci pelakunya bahkan sampai menghujat, sungguh bukan akhlaq muslim. Bukankah Rasulullah sudah memberikan contoh tentang bagaimana cara bersikap pada sesuatu yang halal namun tak disukai? Diam. Biarkan orang lain melakukan, selama itu halal. Jika kita tak suka, cukup diam saja. Bukankah itu yang Rasulullah lakukan ketika melihat para sahabat makan sejenis biawak? Beliau diam melihat para sahabatnya makan, tanpa ikut memakannya, tanpa menilai mereka yang doyan makan hewan seperti itu. Tahan diri untuk menilai orang lain. Jangan ambil alih tugas Tuhan. Karena kalau sampai Allah sudah murka, kita bisa apa?
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
pixabay.com

Nggak terasa sudah masuk bulan Oktober, artinya nggak lama lagi 2017 akan segera berakhir. Beberapa waktu lalu saya sempatkan untuk melihat kembali resolusi 2017 yang dulu pernah saya buat di awal tahun. Lalu saya pun segera tersadar, belum ada satupun dari resolusi itu yang saya wujudkan. Saya masih begini-begini (aka. malas-malasan) saja. Ketika di bulan Juni kemarin saya sudah memutuskan untuk berhenti kerja pun, ternyata suami masih ingin saya tetap bekerja. Masuk akal sih, supaya keberadaan saya di asrama ini tidak mubazir. Tapi sepertinya suami tidak mengerti seberapa parah tekanan yang saya rasakan dengan menjalani profesi sebagai guru.

Tapi walaupun tidak berhasil mengejar resolusi, paling tidak ada banyak hal lain yang saya temukan dan lakukan di 2017 ini. Dan saya mensyukuri itu. Saya sempat bertemu dengan orang-orang baik yang luar biasa menginspirasi ketika beberapa kali keluar dari asrama. Saya juga mulai cukup sering berinteraksi lagi dengan adik-adik tingkat di kampus. Itu lumayan membantu saya mengatasi stress dan tekanan selama di sekolah.

Dan dari beragam aktivitas di luar asrama itulah kemudian muncul gagasan itu lagi. Saya harus S2. Secara tiba-tiba dan tidak disangka caranya saya diingatkan pada cita-cita yang satu ini. Seorang teman berhasil menyemangati saya kembali untuk membangkitkan mimpi saya yang satu ini. Padahal tadinya saya seperti sudah ada di jalan buntu. Bahkan untuk kursus bahasa inggris pun sepertinya sudah tidak bisa lagi. Apalagi ikut tes IELTS atau TOEFL yang biayanya tak murah.

Ketika saya sampaikan lagi hal itu pada suami, seperti biasa suami hanya mengiyakan tanpa antusias. Mungkin dia sudah bosan karena saya sudah sangat sering bilang ingin sekolah lagi tapi tidak pernah ada tindakan nyata. 😁 Maka saya pun bertekad untuk mewujudkan mimpi saya yang satu ini, segera.

Tapi bukan saya kalau tidak galau di persimpangan. Saya mulai bimbang lagi, menimbang-nimbang lagi. Apalagi dengan kondisi yang sudah tidak sendiri lagi (aka. punya 2 anak) pasti banyak yang harus dipertimbangkan untuk saya. Memang cita-cita saya sepertinya terlalu muluk. Sudah bisa kuliah lagi mestinya saya syukuri saja, tidak perlu memaksakan diri harus ke luar negeri. Toh saya tidak bisa bahasa inggris. Tapi bukan saya kalau tidak suka bermimpi.

Akhirnya pekan lalu saya memutuskan untuk bertemu dengan salah satu dosen saya di fakultas. Beliau dulu kuliah S1 di Madinah dan melanjutkan kuliah pascasarjananya di Malaysia. Dan ketika saya menyampaikan lagi niat untuk kuliah, ternyata tanggapannya luar biasa mendukung. Nah, dukungan-dukungan dari orang lain inilah yang biasanya membuat saya terus penasaran. Saya seringkali meragukan diri sendiri, tapi orang-orang selalu menganggap saya istimewa. Terus terang, saya ingin sekali membuktikan pada diri saya sendiri bahwa saya memang jauh lebih baik dari yang saya kira.

Sampai detik ini saya masih saja galau, apakah saya akan tetap melanjutkan rencana kuliah ini atau tidak. Entahlah, sulit sekali untuk menurunkan standar bagi saya. Keinginan untuk ke luar negeri sudah terlanjur melekat dalam pikiran. Asal tahu saja, tahun lalu saya sudah membayar biaya pendaftaran kuliah S2 di Unila tapi saya tidak ikut tes hanya karena menurut saya itu tidak sesuai dengan mimpi saya. Saya ingin kuliah ke luar negeri, bukan di Unila. Sangat tidak realistis kan?! Tapi, bagi saya mimpi yang satu ini memang berbeda. Sudah cukup saya tidak berhasil mewujudkan mimpi-mimpi yang lain dan menggantinya dengan sesuatu yang cukup membuat saya berpuas diri. Bisakah saya mendapatkan yang satu ini tanpa kompromi?! Itu saja doa yang saya panjatkan ketika memintanya kepada Allah. Maksa ya?! Biar saja lah, toh tidak ada yang tidak mungkin kalau Allah sudah berkehendak. Karena mimpi saya yang satu ini adalah yang paling istimewa dibanding mimpi-mimpi saya yang lain.

Melanjutkan kuliah sudah jadi mimpi saya sejak lama, bahkan sebelum saya meluluskan kuliah S1. Meskipun bercita-cita jadi ibu rumah tangga, saya tetap ingin jadi wanita berpendidikan supaya bisa jadi guru yang baik untuk anak-anak saya. Ya, sekolah bagi saya bukan sekadar gengsi. Ada alasan yang lebih mendasar mengapa saya harus tetap sekolah meski usia sudah tak muda lagi. Kepuasan batin mungkin. Tapi, yang jelas sekali saya rasakan adalah saya merasa hidup lagi ketika sedang berpikir. Sementara menjadi ibu rumah tangga dan guru, kehidupan yang saya jalani sekarang membuat saya jarang berpikir. Satu-satunya pekerjaan yang bisa membantu saya untuk tetap berpikir saat ini adalah menulis. Saya bersyukur ada blog tempat saya mempertahankan kewarasan pikiran.

Pada akhirnya memang semua tergantung pada takdir Allah. Tapi saya yakin bahwa niat yang baik, dijalani dengan cara yang baik maka akan berbuah baik juga. Saat ini saya hanya bisa berprasangka baik pada Allah agar cita-cita saya ini bisa terwujud. Saya pun meminta doa dari kalian yang membaca tulisan ini supaya urusan saya yang satu ini dimudahkan oleh Allah. Semoga harapan untuk bisa bermanfaat bagi sebanyaknya manusia bisa saya wujudkan melalui jalan ini.
Share
Tweet
Pin
Share
No komentar
Newer Posts
Older Posts

About me

I am a teacher and firefighter mother for my daughters.
I'm passionate about art, beauty and having a great interest about Islamic studies

Follow Me

  • facebook
  • twitter
  • instagram
  • pinterest
  • youtube

Categories

Book Review Brain Dump Bullet Journal Family Story Film Review Life Hacks Quran Journal Seeking Jannah Zero Waste

Total Pageviews

recent posts

Blog Archive

  • ►  2019 (15)
    • ►  August 2019 (1)
    • ►  March 2019 (3)
    • ►  February 2019 (1)
    • ►  January 2019 (10)
  • ►  2018 (9)
    • ►  December 2018 (1)
    • ►  October 2018 (1)
    • ►  September 2018 (1)
    • ►  July 2018 (2)
    • ►  June 2018 (1)
    • ►  March 2018 (1)
    • ►  January 2018 (2)
  • ▼  2017 (30)
    • ►  December 2017 (2)
    • ►  November 2017 (3)
    • ▼  October 2017 (3)
      • Welcome (again), AdSense
      • Jangan Main-main dengan Poligami
      • (Apakah) Saya Harus Sekolah Lagi
    • ►  September 2017 (5)
    • ►  August 2017 (2)
    • ►  July 2017 (1)
    • ►  April 2017 (4)
    • ►  March 2017 (1)
    • ►  February 2017 (1)
    • ►  January 2017 (8)
  • ►  2016 (9)
    • ►  December 2016 (3)
    • ►  November 2016 (5)
    • ►  October 2016 (1)
  • ►  2014 (2)
    • ►  February 2014 (2)
  • ►  2013 (36)
    • ►  November 2013 (4)
    • ►  October 2013 (3)
    • ►  September 2013 (3)
    • ►  July 2013 (2)
    • ►  May 2013 (2)
    • ►  April 2013 (8)
    • ►  March 2013 (3)
    • ►  February 2013 (6)
    • ►  January 2013 (5)
  • ►  2012 (12)
    • ►  December 2012 (9)
    • ►  April 2012 (2)
    • ►  January 2012 (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  December 2011 (2)

Popular Posts

  • REVIEW; The One Eyebrow Kit
  • Nikmatnya Sakit bagi Muslim
  • Mengapa Saya Memilih Oriflame?
  • Tahfidz Dulu, Tahsin Belakangan (?!)
  • Cara Saya Menyambut Ramadhan
Technology image created by Freepik

Blogger Perempuan

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates